Favorites Books

Avridita's favorites book montage

Twilight
The Curious Incident of the Dog in the Night-Time
Si Gila Belanja Punya Bayi (Shopaholic & Baby) - Shopaholic Series Book 5
Si Gila Belanja Akhirnya Kawin Juga (Shopaholic Ties The Knot) - Shopaholic Series Book 3
Eragon
Eldest: Yang Pertama
Brisingr
Inheritance
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban: Harry Potter dan Tawanan Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire: Harry Potter dan Piala Api
Harry Potter and the Order of the Phoenix
Hickory Dickory Dock: A Hercule Poirot Mystery
4:50 From Paddington
Eclipse: Gerhana
New Moon: Dua Cinta
Awal Yang Baru
Box Set The Hunger Games
The Lion, The Witch and The Wardrobe: Sang Singa, Sang Penyihir, dan Lemari
The Voyage Of The Dawn Treader: Petualangan Dawn Treader


Avridita's favorite books »

Rabu, 26 Desember 2012

Grow A Day Older (You)

15 Desember 2012

Malam ini aku sengaja membiarkan kedua mataku terbuka sampai pergantian hari. Hari ini bukan malam pergantian tahun yang biasanya disambut bunyi terompet atau ledakan kembang api yang menjadikan hitamnya langit malam warna-warni. Aku tak pernah peduli. Malam ini aku sibuk dengan ledakan-ledakan kecil di hatiku sendiri. Ternyata waktu berlalu cepat. Jam 00.00 hanya tinggal satu kedipan lagi jaraknya. Aku keluar dari kamarku dan langsung menghampiri telepon rumah yang begitu jarang ku sentuh. "tut tut tut", telepon itu mengeluarkan suara seirama dengan nomor telepon genggammu. Setelah selesai aku lalu menunggu. Tapi tak jua ada nada sambung. Dahiku mengernyit. Waktuku sempit. Begitu jarum jam lewat dan tidak lagi sejajar, terlewatlah sudah. Tergopoh-gopoh aku kembali ke kamarku sambil berpikir untungnya aku sudah isi pulsa tadi. Nada sambung itu lumayan lama mengisi telingaku. Kamu pasti sedang lelap-lelapnya tidur. Aku terkikik dalam hati. Lalu suaramu yang...umm.. primitif (entah bagaiamana aku mendeskripasikan suara orang baru bangun tidur) membuatku terkikik sekali lagi.

"Halo, Pizza Hut Buah Batu?"

Kamu hanya menjawab dengan erangan.

"Happy Birthday!"
"Makasi ya.." (Aku tidak tahu apakah suara primitif itu bisa menyelipkan haru di dalamnya, tapi mungkin aku merasakannya. Terbayang kamu susah payah menyusun kalimat pendek itu).
"Ya udah ya.." (Kering sekali otakku dari kata-kata)

Sepi di ujung sana.

"Heh, kenapa gak ditutup?"(Entah kenapa aku jengkel dengan kekakuanku. Mestinya kamu yang lebih jengkel karena tidurnya aku ganggu).
"Oooh.. udah ini teh?" (Setelah ba-bi-bu sebentar sambungan telepon itu putus. Aku menatap nanar ke langit-langit kamar. Baru setengah jam kemudian aku terlelap.)

Keesokan harinya aku terjaga lebih pagi. Dengan skill dan kerapihanku yang ala kadarnya, aku membungkus kado untukmu dengan bungkus kado bergambar dinosaurus (yang lebih cocok untuk kado bayi yang baru lahir). Entah sampai kapan aku dan kamu akan terus childish seperti ini. Saat kamu menjemputku untuk pergi ke kantor kamu sama sekali tak bertanya apa itu dalam plastik hitam yang sedari tadi aku bawa. Padahal kan aku pengen ditanya. Selama perjalanan otak dan tanganku sibuk. Tanganku sibuk memastikan kue tart yang aku paksakan dibawa dalam ranselku tidak penyok penyok karena guncangan motormu saat menghajar polisi tidur. Otakku sibuk memastikan kembali rencana yang aku susun akan berjalan rapi tanpa tercecer. Pokoknya surprise untukmu tak boleh gagal. Jangan sampai nasibnya sama dengan rencanamu yang gagal saat ulang tahunku bulan April lalu. Ups :p

For you.
Aku mulai kuatir saat gerbang kantor belum dibuka. Itu berarti aku harus menunggu sebelum aku bisa melayang secepatnya ke dalam kantor dan mempersiapkan segalanya. Aku memaksa tubuhku tetap tenang. Memencet bel, dan menggumamkan kata 'kebelet'. Sengaja supaya kamu dengar. Begitu sang OB membuka pintu aku langsung menerobos masuk ke kantor, menaruh helm,jaket, kado, dan segalanya secara asal-asalan lalu pergi ke kamar mandi (dengan membawa ransel).

Tak lama kemudian aku sudah berjalan diantara meja-meja di kantor yang pada hari Sabtu tak berpenghuni. Thanks God your birthday was in Saturday. Dengan hati-hati aku membawa kue black forest itu agar tidak kehilangan momentum saat mencapaimu. Aku menyaksikan saat ekspresi datarmu saat menghadapi komputer berubah secara signifiakan begitu melihatku memasuki ruangan dengan kue tart lengkap dengan lilin diatasnya.

Wajahmu berganti ekspresi. Yang mengagetkanku adalah air matamu. Tidak cukup banyak untuk disebut menangis (walau secara teknis kamu menangis, well, sedikit), tapi cukup untuk menggambarkan emosi kamu yang sangat dalam.

"Selama saya hidup 23 tahun, baru kali ini ada yang kasih surprise buat saya."

Setelah itu aku meletakkan sesuatu di atas tanganmu. Jam saku yang selalu kau idamkan, yang katamu dulu akan membuatmu merasa seperti Sherlock Holmes, tokoh fiksi favoritmu itu. Padahal kamu tidak perlu menjadi tokoh fiksi, aku bahagia kamu nyata.

Kamu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih dari ledakan perasaan itu. Seperti biasa, aku menolak tenggelam dalam emosimu-emosimu yang terhampar begitu gamblang. Aku memilih menatap layar laptop yang lebih mudah dihadapi. Tapi sekali-kali aku mencuri pandang ke arahmu. Menelan dengan rakus perasaan puas karena melihat senyum bahagiamu.

Hari istimewamu berlalu terlalu cepat. Kita pergi menonton The Hobbit bersama, duduk bersisian sambil sibuk berbisik-bisik membandingkan cerita versi film dengan yang ada di versi novelnya yang baru aku baca satu kali, sedangkan kamu sudah membacanya lima kali. Hari ini benar-benar harimu, bukan? Bahkan novel favoritmu dijadikan film dan tayang saat kamu akan berulang tahun.


Hari ini harimu. Aku bahagia menjadi bagian penting dari hari ini.

Dan semoga seterusnya.

Selamat ulang tahun, Yuvi Shandy Amisadai..

Looked like a little kid with this expression on your face :)

Jumat, 14 Desember 2012

I Need No Label



I have no desire to put any label on it
For that something is unexplainable and awfully strong
I have no authority to put any label on it
For they say what we feel is wrong
As the pouring rain
In a way they don’t understand you wash away my pain
When the night falls on me offering sorrow
You’re yielding me some light to face tomorrow
To curse each other is way too late
We only could surrender in this twist of fate
In this fairytale I don’t mind they call me a villain
For you exist as my personal killer for my pain
When you’re wounded by the thing they called love
With my tied hands I could only give you laugh
Like broken dolls we’d said a thousand of good byes
But our feet are still here without knowing why
In this fairytale we have neither fairy nor elf
And I keep praying the clock won’t strike twelve
I need no label
To describe us words are unable

Avridita Savitri