Favorites Books

Avridita's favorites book montage

Twilight
The Curious Incident of the Dog in the Night-Time
Si Gila Belanja Punya Bayi (Shopaholic & Baby) - Shopaholic Series Book 5
Si Gila Belanja Akhirnya Kawin Juga (Shopaholic Ties The Knot) - Shopaholic Series Book 3
Eragon
Eldest: Yang Pertama
Brisingr
Inheritance
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban: Harry Potter dan Tawanan Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire: Harry Potter dan Piala Api
Harry Potter and the Order of the Phoenix
Hickory Dickory Dock: A Hercule Poirot Mystery
4:50 From Paddington
Eclipse: Gerhana
New Moon: Dua Cinta
Awal Yang Baru
Box Set The Hunger Games
The Lion, The Witch and The Wardrobe: Sang Singa, Sang Penyihir, dan Lemari
The Voyage Of The Dawn Treader: Petualangan Dawn Treader


Avridita's favorite books »

Minggu, 22 Juli 2012

Ours - Taylor Swift



Elevator buttons and morning air,
Strangers silence makes me wanna take the stairs.
If you were here we'd laugh about their vacant stares,
But right now my time is theirs.
Seems like there's always someone who disapproves.
They'll judge it like they know about me and you
And the verdict comes from those with nothing else to do
The jury's out, but my choice is you.

So don't you worry your pretty little mind,
People throw rocks at things that shine
and life makes love look hard.
The stakes are high, the water's rough
But this love is ours.

You never know what people have up their sleeves,
Ghosts from your past gonna jump out at me.
Lurking in the shadows with their lipgloss smiles,
But I don't care.
Cause right now you're mine.
And you'll say

Don't you worry your pretty little mind,
People throw rocks at things that shine
and life makes love look hard.
The stakes are high, the water's rough
But this love is ours.

And it's not theirs to speculate if it's wrong and
Your hands are tough but they are where mine belong in.
I'll fight their doubt and give you faith with this song for you.

Cause I love the gap between your teeth
and I love the riddles that you speak.
And any snide remarks from my father about your tattoos will be ignored
Cause my heart is yours.

So don't your worry your pretty little mind,
People throw rocks at things that shine
And life makes love look hard. 

Don't worry your pretty little mind,
People throw rocks at things that shine
But they can't take what's ours
They can't take what's ours
The stakes are high, the water's rough
But this love is ours.

The Vow Under the Stars

Under the starry night sky of Jati Tujuh village while we're riding on a pick-up truck. I was sitting beside the driver and you were with the boys behind with the sky right above your head. Unlike you, I could only enjoy the twinkling stars from the window. Then my phone was vibrating. A text from you saying:

Under this stars I make a vow, to be with you as far as those light reach, as long as they shine, as pure as their twinkle.
I could only smile with unexplained feelings...................
( 12-05-2012 : the vow under the stars has been said) 


Video Usang di Sudut Pikiran

 Sometimes, the last person you want to be with is the person you can’t be without. -Pride and Prejudice 
Aku menulis ini saat kamu sedang tak ada disisiku, bahkan di dunia maya maupun media komunikasi lainnya. Kenapa? Karena aku tahu kalau kamu ada di sisiku waktuku akan terkonsumsi dengan menikmati kehadiranmu. Saat ini aku sedang malas hanya sekadar bicara denganmu. Aku inginnya bertemu. Segala sesuatu di sekelilingku rasanya sedang buruk. Dan ketidakhadiranmu membuat segalanya lebih buruk. Singkatnya, tanpamu suasana hatiku relatif buruk. Akan aku buktikan kepadamu dengan tulisan ini. Aku akan mengingat hidupku saat kita berdua sama-sama dalam penyangkalan.

Hari itu sekitar beberapa bulan yang lalu aku sedang kesal padamu. Lagi-lagi aku terjepit diantara kalian berdua. Tebakanku kau akan lari lagi. Meninggalkanku. Dan aku harus mengobati segalanya sendiri. Tanpa dirimu, penyembuhku berada di sisiku. Masalah ini bukan yang pertama kali, maka air mataku enggan keluar. Nampaknya ia tak mau dipaksa keluar untuk alasan yang sama. Sejarah sepertinya akan berulang, namun aku tidak mau lagi. Maka padanya aku jujur bahwa aku  menyimpan rasa padamu, namun itu tidak penting. Biarkan perasaan ini tetap tak memiliki rumah dan aku bawa pergi (lagi) ke jalanan. Perasaan ini seperti rumput liar yang ingin aku pangkas, tapi tak bisa. Karena rumput liar inilah yang membuat perjalananku indah meski melewati jalan berbatu.

Tiba-tiba kamu bilang ingin bicara,maka aku cukupkan dunia maya sebagai penyambung lidah kita. Akhirnya aku bisa meraba perasaanmu, dan kamu bisa melihat hatiku. Aku tahu itu tidak ada gunanya, kondisi kita berdua tidak akan berubah. Semua ini aku lakukan agar aku bisa dengan lega melepas perasaanku padamu. Membiarkannya mengembara entah kemana. Kita berdua dengan berat hati memaksakan kata 'selamat tinggal'. Namun anehnya senyuman di bibirku tak mau hilang lama setelah percakapan itu berakhir. Karena akhirnya aku tahu kau merasakan hal yang sama, dan mengetahui itu aku merasa cukup dan bisa meneruskan hidup. Malam itu aku menemukan cinta, dan mengakhirinya malam itu juga. Dengan senyum tetap menghiasi bibir, aku mengatakan padamu: Hello love, good bye..

Namun ternyata keesokan harinya udara pagi terasa berat di paru-paruku. Sadarlah aku telah kehilangan. Aku terus menerus mengingat bahwa 'Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.' Begitulah yang aku dapat dari perjalanan kisah inspiratif perjalanan cinta antara Fatimah dan Ali. Namun nyatanya mereka berakhir bersama, kita berdua tidak. Untuk meringankan beban hatiku, aku bercerita tentangmu kepada teman-temanku. Tak jarang mereka menimpali dengan memberiku harapan bahwa suatu saat kita berdua akan menjadi satu. Aku hanya membayar upaya mereka dengan senyum getir dan berkata: tidak. Tidak akan aku izinkan harapan itu tumbuh di hatiku, karena itu berarti aku mendoakan yang tidak baik untukmu. Sedangkan aku ingin kamu bahagia. Dengan atau tanpaku. Klise memang, tapi mau diapakan lagi?

Selama itu aku menjalani hidup dengan kabur. Aku lari dari diri sendiri. Rasanya seperti itu. Ingin rasanya benar-benar lari lalu menghilang, tapi bagaimana bisa? Jika setiap mendengar lagu senang maupun sedih selalu kamu yang terlintas. Bahkan saat aku membeli telur ke supermarket pun, aku bisa merasakan kehadiranmu disana. Saat itulah kenangan antara kita berdua menyesakkan dada. Kamu telah mempengaruhi setiap aspek terkecil kehidupanku. Yang lebih mengerikan adalah aku tidak menangis. Aku tidak bisa menangis. Entah kenapa. Dan itu menyiksaku lebih dari apapun. Aku ingin melepasmu, dan segala perasaanku padamu, tapi bahkan air mataku untukmu pun tidak mau melepaskan diri dariku.

Aku bertahan hidup dengan memutar kenanganku tentangmu di pikiranku. Rasanya seperti memiliki pemutar video di kepalaku. Dan aku cukup sering memutarnya. Mungkin setiap hari. Ternyata aku salah. Jika ini perjudian, maka aku kalah telak. Aku kira dengan mengetahui perasaanmu padaku aku dengan mudahnya akan melepasmu. Salah besar. Aku makin terhanyut dalam duniaku sendiri bersamamu.
Aku kira kupu-kupu itu sudah mati dan tidak selamat, Ternyata dia masih ada disini walau sekarat, Hingga kini ia masih kurawat, Untuk aku lepaskan saat ia sudah sehat, Dan berkelana dengan sayap yang lebih kuat. (30 Juni 2011)
Aku kerap kali memimpikanmu, kamu bisa hadir tanpa halangan siapapun di kerajaan magisku yang kuberi nama 'tidur'. Aku tak mau melupakan. Bahkan aku tidak mau lupa. Aku berpegang erat pada kenangan tentangmu. Karena kehilangan hal itu akan menyebabkanku kehilanganmu untuk yang...kesekian kali. Aku absurd bukan? Pikirku, saat aku sudah menemukan jodohku dan menikah, aku dengan mudah akan sembuh dengan sendirinya. Maka aku mengumbar ingin menikah cepat-cepat. Toh saat kesempatan itu datang, aku kalang kabut. Aku seakan dikejar-kejar kata-kataku sendiri. Dan saat itulah aku berkenalan dengan istilah 'stuck'. Payah sekali aku ini. Walau mungkin benar apa kata orang, bahwa jika aku memilih kamu, kamu bisa meninggalkan aku sama seperti yang telah kamu lakukan. Tapi toh menghadapimu akal sehatku saja tak mempan, apalagi akal sehat orang lain.

Lalu malam itu kamu muncul di hadapanku secara tak terduga. Setelah hampir dua bulan aku menjalani hidup entah sebagai siapa. Dengan panik aku mencari dimana letak lukamu, karena biasanya kamu muncul di hadapanku dengan luka hati lalu kita akan saling menyembuhkan satu sama lain. Namun kamu bilang, tak ada sesuatu yang perlu aku kuatirkan. Semua akan baik-baik saja. Ya, kecuali perawakanmu yang tambah kurus itu, pikirku. Saat itu walau kita dipertemukan kembali, aku sudah siap akan perpisahan. Sepertinya semenjak kita bertemu, kita sudah terbiasa harus mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Maka aku mengaggap hari itu sebagai dongeng yang selalu aku impikan, dan akan berakhir saat lonceng jam berdentang.

Aku : Uhmm.. how are you?

Kamu : Singkatnya? Selama sebulan ini saya udah kayak orang gila.


Dan akhirnya kebenaran terungkap. Dan akhirnya setelah dua tahun aku memendam tanpa berharap, sekarang kamu benar-benar ada di sisiku. Aku biasanya tidak mau banyak berharap, tapi menghadapimu akal sehatku ini seakan tiarap. 

Sabtu, 21 Juli 2012

Psychologycal Test


This is a conversation I had with my partner at the workplace, Miss Kania. We were walking on the street while finding angkot to go home.

Miss K : Answer my question. If there's a basket of strawberries, how many strawberries are there on the basket?  
Me : Ummmm.. 20?
Miss K : 20? Oookay. Now you imagine an apple tree. How many apples are there on the tree?
Me: Ummmm.. 40 ?
Miss K : What will be the first thing you say to an alien when you meet him?
Me: Ummm.. well : 'Are you coming in peace?'
Miss K : Ahahahahaha, ok. The number of strawberries shows you how many times you're in a relationship before you get married.
Me: What? Noooo.. (disgusted face)
Miss K: The number of apples tells you your mental age.
Me: What? Do you mean I am 40 years old inside?
Miss K: And the thing you say to the alien is the thing you say when you meet an opposite gender (male). Seriously? 'Are you coming in peace?' Hahahaha.
Me: Well? Yeah, because most of them are not. (straight face)
Miss K: I got that test while listening to Big East. (a radio show performed by our favorite korean boyband, Tohoshinki/DBSK)
Me: Ah, I see.. .................-_________-"

Tohoshinki/TVXQ/DBSK (our favorite korean boyband :p)


Sabtu, 07 Juli 2012

You Say that I . . .

You're like traffic lights, give me a red to tell me when I have to stop and rest from all the troubles, give the yellow to remind me things I may forget, give a green to support me when I have to go to do something.

You're like a house, give me warm when it is cold, cool me when it is hot, make me comfortable, a place for me to rest, to be myself and to return..

You're like my jacket, be with me everywhere, protect me from harmful things and always fit for me..

I love u


(it is from you, and after that you said sorry for using weird simile :p)

Rabu, 04 Juli 2012

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Aku baru saja membaca novel berjudul 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' karya Tere Liye. Judulnya lah yang mendorong hatiku untuk membeli novel ini. Aku merasa harus menguak sesuatu yang tersembunyi di balik judul tersebut. Ternyata benar, aku menemukan beberapa potongan perasaanku terselip dalam kata-kata sang penulis. Tentang kita dulu. Dan aku mengutipnya.


Bahwa hidup harus menerima…penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti…pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami…pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.
Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami…dan kami akan menerima.
Dia tidak mencintaiku. Itulah kesimpulan yang kupaksakan. Kesimpulan yang membuat luntur wajah menyenangkanku. Kesimpulan yang mengubah perangaiku. Mengubah semuanya. Tetapi malam ini justru aku mengatakan kalimat itu. Dengan sebuah pertanyaan iya dan tidak. Aku tak mengerti secepat ini pembicaraan menuju jantung permasalahan. Aku tak mengerti. Perasaaanku sudah tak tahan lagi. Pertanyaan itu meluncur saja tanpa bisa kucegah.
Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta. Aku juga dulu seperti itu…sibuk menduga-duga. Aku tak pernah tahu bahwa simpul itu nyata. Itu bukan dusta hatiku. Tapi mengapa kau tak pernah mengatakannya? Mengapa?
Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kaupangkas. Bersemai satu langsung kauinjak. Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu?
Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kautikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kauinjak, helai daun barunya semakin banyak.

 Pasrah. Menerima setiap kejadian dalam kehidupan dengan lapang dada. Itulah yang harus aku lakukan. Setelah itu barulah aku bisa memperbaiki hidup, memaafkan diri sendiri dan juga orang lain.