Favorites Books

Avridita's favorites book montage

Twilight
The Curious Incident of the Dog in the Night-Time
Si Gila Belanja Punya Bayi (Shopaholic & Baby) - Shopaholic Series Book 5
Si Gila Belanja Akhirnya Kawin Juga (Shopaholic Ties The Knot) - Shopaholic Series Book 3
Eragon
Eldest: Yang Pertama
Brisingr
Inheritance
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban: Harry Potter dan Tawanan Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire: Harry Potter dan Piala Api
Harry Potter and the Order of the Phoenix
Hickory Dickory Dock: A Hercule Poirot Mystery
4:50 From Paddington
Eclipse: Gerhana
New Moon: Dua Cinta
Awal Yang Baru
Box Set The Hunger Games
The Lion, The Witch and The Wardrobe: Sang Singa, Sang Penyihir, dan Lemari
The Voyage Of The Dawn Treader: Petualangan Dawn Treader


Avridita's favorite books »

Senin, 13 Juni 2011

Mataku Adalah Matanya




Belum pernah sekalipun aku mengirim sesuatu pada papaku kecuali kartu ulang tahun, padahal kami lebih sering terpisah daripada bersama. Entah mengapa saat di Bali keinginanku untuk membelikan sesuatu untuknya timbul begitu saja. Maka kukirim buah tangan kerinduan itu beserta selembar kertas yang dihiasi nilai-nilaiku dari semester awal hingga kini. Kertas itu memang tidak bisa bercerita banyak tentang kehidupan akademisku, apalagi kehidupanku seluruhnya. Namun, sekecil apapun aku ingin bisa berbagi dengannya. Aku ingin dia melihat sedikit saja hidupku. Sedikit saja. Mungkin kertas itu tidak dapat bercerita betapa malasnya diriku, atau betapa aku membenci mata kuliah ini dan menyukai mata kuliah itu. Tapi aku yakin dia mengerti karena bisa dibilang kami ini satu sifat dan satu kepala-yang harus terpisah.

Itulah yang aku rindukan. Aku tahu jika dia disini kami akan melakukan banyak hal bersama. Pengetahuan akan hal itulah yang membuatku perih setiap mengingatnya. Satu lagi, walau kami jarang bersama, tidak ada keraguanku padanya sedikit pun bahwa dia akan melindungiku dengan baik. Dia galak, dan tegas apalagi tentang keberadaan pria dalam hidupku. Namun yang kuinginkan adalah dia ada disini untukku. Aku ingin melihat matanya melotot karena sikapku yang ceroboh atau ketidakpatuhanku padanya. Begitu banyak hal yang kami lewatkan.

Mataku adalah matanya. Hal itu yang sering keluarga katakan padaku. Begitu banyak kemiripan aku dengannya hingga saat kami bertemu rasanya kami terjebak dalam sifat kami yang serupa. Kami bukan tipe orang yang mudah ‘ngobrol’, maka ya begitulah jadinya. Kata-kata memang tidak pernah berpihak pada kami di waktu yang tepat. Selalu terlambat datang, atau bahkan tak terucap sama sekali.

Dimanapun ia,siapapun ia, apapun yang ia lakukan pada hidupnya..aku tetap bagian dirinya. Mengkritiknya berarti mengkritikku, menyakitinya berarti menyakitiku, berpikir buruk tentangnya berarti berpikir buruk tentangku.
Aku merindukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar