Somehow I just want to share my life as an ordinary human-being. Somehow I want to inspire people by every single word I read from great books and great authors. Somehow I want to reveal what's inside my heart through some beautiful words.
Senin, 13 Juni 2011
Mataku Adalah Matanya
Belum pernah sekalipun aku mengirim sesuatu pada papaku kecuali kartu ulang tahun, padahal kami lebih sering terpisah daripada bersama. Entah mengapa saat di Bali keinginanku untuk membelikan sesuatu untuknya timbul begitu saja. Maka kukirim buah tangan kerinduan itu beserta selembar kertas yang dihiasi nilai-nilaiku dari semester awal hingga kini. Kertas itu memang tidak bisa bercerita banyak tentang kehidupan akademisku, apalagi kehidupanku seluruhnya. Namun, sekecil apapun aku ingin bisa berbagi dengannya. Aku ingin dia melihat sedikit saja hidupku. Sedikit saja. Mungkin kertas itu tidak dapat bercerita betapa malasnya diriku, atau betapa aku membenci mata kuliah ini dan menyukai mata kuliah itu. Tapi aku yakin dia mengerti karena bisa dibilang kami ini satu sifat dan satu kepala-yang harus terpisah.
Itulah yang aku rindukan. Aku tahu jika dia disini kami akan melakukan banyak hal bersama. Pengetahuan akan hal itulah yang membuatku perih setiap mengingatnya. Satu lagi, walau kami jarang bersama, tidak ada keraguanku padanya sedikit pun bahwa dia akan melindungiku dengan baik. Dia galak, dan tegas apalagi tentang keberadaan pria dalam hidupku. Namun yang kuinginkan adalah dia ada disini untukku. Aku ingin melihat matanya melotot karena sikapku yang ceroboh atau ketidakpatuhanku padanya. Begitu banyak hal yang kami lewatkan.
Mataku adalah matanya. Hal itu yang sering keluarga katakan padaku. Begitu banyak kemiripan aku dengannya hingga saat kami bertemu rasanya kami terjebak dalam sifat kami yang serupa. Kami bukan tipe orang yang mudah ‘ngobrol’, maka ya begitulah jadinya. Kata-kata memang tidak pernah berpihak pada kami di waktu yang tepat. Selalu terlambat datang, atau bahkan tak terucap sama sekali.
Dimanapun ia,siapapun ia, apapun yang ia lakukan pada hidupnya..aku tetap bagian dirinya. Mengkritiknya berarti mengkritikku, menyakitinya berarti menyakitiku, berpikir buruk tentangnya berarti berpikir buruk tentangku.
Aku merindukannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar